Kisah Abu Nawas | Mengecoh Monyet
6. Mengecoh Monyet
Abu Nawas sedang
berjalan-jalan santai. Ada kerumunan masa. Abu Nawas bertanya kepada
seorang kawan yang kebetulan berjumpa di tengah jalan.
"Ada kerumunan apa di
sana?" tanya Abu Nawas.
"Pertunjukkan keliling yang
melibatkan monyet ajaib."
"Apa maksudmu dengan monyet
ajaib?" kata Abu Nawas ingin tahu.
"Monyet
yang bisa mengerti bahasa manusia, dan yang lebih menakjubkan adalah monyet
itu hanya mau tunduk kepada pemiliknya saja." kata kawan Abu Nawas
menambahkan.
Abu Nawas makin
tertarik. la tidak tahan untuk menyaksikan kecerdikan dan keajaiban
binatang raksasa itu.
Kini Abu Nawas
sudah berada di tengah kerumunan para penonton. Karena begitu banyak
penonton yang menyaksikan pertunjukkan itu, sang pemilik monyet dengan
bangga menawarkan hadiah yang cukup besar bagi siapa saja yang sanggup
membuat monyet itu mengangguk-angguk.
Tidak heran bila
banyak diantara para penonton mencoba maju satu persatu. Mereka berupaya
dengan beragam cara untuk membuat monyet itu mengangguk-angguk,
tetapi sia-sia. Monyet itu tetap menggeleng-gelengkan kepala.
Melihat
kegigihan monyet itu Abu Nawas semakin penasaran. Hingga ia maju untuk mencoba.
Setelah berhadapan dengan binatang itu Abu Nawas bertanya,
"Tahukah engkau siapa
aku?" Monyet itu menggeleng.
"Apakah
engkau tidak takut kepadaku?" tanya Abu Nawas lagi. Namun monyet itu tetap
menggeleng.
"Apakah
engkau takut kepada tuanmu?" tanya Abu Nawas memancing. Monyet
itu mulai ragu.
"Bila
engkau tetap diam maka akan aku laporkan kepada tuanmu." lanjut Abu Nawas mulai
mengancam. Akhirnya monyet itu terpaksa mengangguk-angguk.
Atas
keberhasilan Abu Nawas membuat monyet itu mengangguk-angguk maka ia mendapat hadiah
berupa uang yang banyak. Bukan main marah pemilik monyet itu hingga ia
memukuli binatang yang malang itu. Pemilik monyet itu malu bukan kepalang.
Hari berikutnya ia ingin menebus kekalahannya. Kali ini ia melatih
monyetnya mengangguk-angguk.
Bahkan ia
mengancam akan menghukum berat monyetnya bila sampai bisa dipancing
penonton mengangguk-angguk terutama oleh Abu Nawas. Tak peduli apapun
pertanyaan yang diajukan.
Saat-saat yang
dinantikan tiba. Kini para penonton yang ingin mencoba, harus sanggup membuat
monyet itu menggeleng-gelengkan kepala. Maka seperti hari sebelumnya,
banyak para penonton tidak sanggup memaksa monyet itu menggeleng-gelengkan
kepala. Setelah tidak ada lagi yang ingin mencobanya, Abu Nawas maju.
la mengulang pertanyaan yang sama.
"Tahukah engkau siapa
daku?" Monyet itu mengangguk.
"Apakah engkau tidak takut
kepadaku?" Monyet itu tetap mengangguk.
"Apakah
engkau tidak takut kepada tuanmu?" pancing Abu Nawas. Monyet itu tetap mengangguk
karena binatang itu lebih takut terhadap ancaman tuannya daripada Abu
Nawas.
Akhirnya Abu
Nawas mengeluarkan bungkusan kecil berisi balsam panas.
"Tahukah
engkau apa guna balsam ini?" Monyet itu tetap mengangguk .
"Baiklah,
bolehkah kugosok selangkangmu dengan balsam?" Monyet itu mengangguk.
Lalu Abu Nawas
menggosok selangkang binatang itu. Tentu saja monyet itu merasa agak
kepanasan dan mulai-panik.
Kemudian Abu
Nawas mengeluarkan bungkusan yang cukup besar. Bungkusan itu juga berisi
balsam.
"Maukah
engkau bila balsam ini kuhabiskan untuk menggosok selangkangmu?" Abu Nawas mulai mengancam. Monyet itu mulai ketakutan. Dan rupanya ia lupa ancaman tuannya
sehingga ia terpaksa menggeleng-gelengkan kepala sambil mundur beberapa
langkah.
Abu Nawas dengan
kecerdikan dan akalnya yang licin mampu memenangkan sayembara
meruntuhkan kegigihan monyet yang dianggap cerdik.
Ah, jangankan
seekor monyet, manusia paling pandai saja bisa dikecoh Abu Nawas!
Komentar
Posting Komentar