Kisah Abu Nawas | Orang-Orang Kanibal
26.
Orang-Orang Kanibal
Saat itu Abu Nawas baru saja
pulang dari istana setelah dipanggil Baginda. la tidak langsung pulang ke rumah
melainkan berjalan-jalan lebih dahulu ke perkampungan orang-orang badui.
Ini memang sudah menjadi kebiasaan Abu Nawas yang suka mempelajari adat
istiadat orang-orang badui.
Pada suatu perkampungan, Abu
Nawas sempat melihat sebuah rumah besar yang dari luar terdengar suara
hingar bingar seperti suara kerumunan puluhan orang. Abu tertarik, ingin
melihat untuk apa orang-orang badui berkumpul di sana, ternyata di rumah besar itu
adalah tempat orang badui menjual bubur laris yaitu bubur khas makanan
para petani. Tapi Abu Nawas tidak segera masuk ke rumah besar itu, merasa
lelah dan ingin beristirahat maka ia terus berjalan ke arah pinggiran desa.
Abu Nawas beristirahat di bawah
sebatang pohon rindang. la merasa hawa di situ amat sejuk dan segar
sehingga tidak berapa lama kemudian mehgantuk dan tertidur di bawah pohon.
Abu Nawas tak tahu berapa lama ia
tertidur, tahu-tahu ia merasa dilempar ke atas lantai tanah. Brak! iapun
tergagap bangun.
"Kurang ajar! Siapa yang
melemparku?" tanyanya heran sembari menengok kanan kiri.
Ternyata ia berada di sebuah
ruangan pengap berjeruji besi. Seperti penjara.
"Hai keluarkan aku! Kenapa
aku dipenjara di sini.!"
Tidak berapa lama kemudian muncul
seorang badui bertubuh besar. Abu Nawas memperhatikan dengan seksama, ia
ingat orang inilah yang menjual bubur laris di rumah besar di tengah desa.
"Jangan teriak-teriak, cepat
makan ini !" kata orang sembari menyodorkan piring ke lubang ruangan. Abu
Nawas tidak segera makan. "Mengapa aku dipenjara?"
"Kau akan kami sembelih dan
akan kami jadikan campuran bubur laris."
"Hah? Jadi yang kau jual di
tengah desa itu bubur manusia?"
"Tepat.... itulah makanan
favorit kesukaan kami."
"Kami...? Jadi kalian
sekampung suka makan daging manusia?"
"lya, termasuk dagingmu,
sebab besok pagi kau akan kami sembelih!"
"Sejak kapan kalian makan
daging manusia?"
"Oh.., sejak lama ....
setidaknya sebulan sekali kami makan daging manusia."
"Dari mana saja kalian
dapatkan daging manusia?"
"Kami tidak mencari ke
mana-mana, hanya setiap kali ada orang masuk atau lewat di desa kami pasti kami
tangkap dan akhirnya kami sembelih untuk dijadikan bubur." Abu Nawas
diam sejenak. la berpikir keras bagaimana caranya bisa meloloskan diri dari
bahaya maut ini. la merasa heran, kenapa Baginda tidak mengetahui bahwa di
wilayah kekuasaannya ada kanibalisme, ada manasia makan manusia.
"Barangkali para menteri
hanya melaporkan hal yang baik-baik saja. Mereka tidak mau bekerja keras untuk
memeriksa keadaan penduduk." pikir Abu Nawas. "Baginda harus
mengetahui hal seperti ini secara langsung, kalau perlu....!"
Setelah memberi makan berupa
bubur badui itu meninggalkan Abu Nawas. Abu Nawas tentu saja tak berani makan
bubur itu jangan-jangan bubur manusia. la menahan lapar semalaman tak
tidur, tubuhnya yang kurus makin nampak kurus.
Esok harinya badui itu datang
lagi.
"Bersiaplah sebentar lagi
kau akan mati."
Abu Nawas berkata,"Tubuhku
ini kurus, kalaupun kau sembelih kau tidak akan memperoleh daging yang banyak.
Kalau kau setuju nanti sore akan kubawakan temanku yang bertubuh gemuk.
Dagingnya bisa kalian makan selama lima hari."
"Benarkah?"
"Aku tidak pernah
bohong!"
Orang badui itu diam sejenak, ia
menatap tajam kearah Abu Nawas. Entah kenapa akhirnya orang badui itu
rnempercayai dan melepaskan Abu Nawas.
Abu Nawas langsung pergi ke
istana menghadap Bagirida.
Setelah berbasa-basi maka Baginda
bertanya kepada Abu Nawas.
"Ada apa Abu Nawas? Kau
datang tanpa kupanggil?"
"Ampun Tuanku, hamba barus
saja pulang dari suatu desa yang aneh."
"Desa aneh, apa
keanehannya?"
"Di desa tersebut ada orang
menjual bubur laris yang khas dan sangat lezat. Di samping itu hawa di desa itu
benar-benar sejuk dan segar."
"Aku ingin berkunjung ke
desa itu. Pengawal! Siapkan pasukan!"
"Ampun Tuanku, jangan
membawa-bawa pengawal. Tuanku harus menyamar jadi orang biasa."
"Tapi ini demi keselamatanku
sebagai seorang raja"
"Ampun Tuanku, jika
bawa-bawa tentara maka orang sedesa akan ketakukan dan Tuanku takkan dapat melihat
orang menjual bubur khas itu."
"Baiklah, kapan kita
berangkat?"
"Sekarang juga Tuanku,
supaya nanti sore kita sudah datang di perkampungan itu."
Demikianlah, Baginda dengan
menyamar sebagai sorang biasa mengikuti Abu Nawas ke perakampungan orang-orang
badui kanibal.
Abu Nawas mengajak Baginda masuk
ke rumah besar tempat orang-orang makan bubur. Di sana mereka
membeli bubur.
Baginda memakan bubur itu dengan
lahapnya.
"Betul katamu, bubur ini
memang lezat!" kata Baginda setelah makan."Kenapa buburmu tidak kau makan Abu Nawas."
"Hamba masih kenyang,"
kata Abu Nawas sambil melirik dan berkedip ke arah penjual bubur.
Setelah makan, Baginda diajak ke
tempat pohon rindang yang hawanya sejuk.
"Betul juga katamu, di sini
hawanya memang sejuk dan segar ..... ahhhhh........ aku kok mengantuk
sekali."kata Baginda.
"Tunggu Tuanku, jangan tidur
dulu....hamba pamit mau buang air kecil di semar belukar sana."
"Baik, pergilah Abu
Nawas!"
Baru saja Abu Nawas melangkah
pergi, Baginda sudah tertidur, tapi ia segera terbangun lagi ketika mendengar
suara bentakan keras.
"Hai orang gendut! Cepat
bangun ! Atau kau kami sembelih di tempat ini!" ternyata badui penjual bubur
sudah berada di belakang Baginda dan menghunus pedang di arahkan ke leher
Baginda.
"Apa-apaan ini!" protes
Baginda.
"Jangan banyak cakap! Cepat
jalan !"
Baginda mengikuti perintah orang
badui itu dan akhirnya dimasukkan ke dalam penjara.
"Mengapa aku di
penjara?"
"Besok kau akan kami
sembelih, dagingmu kami campur dengan tepung gandum dan jaduilah bubur laris yang
terkenal lezat. Hahahahaha !"
"Astaga jadi yang kumakan
tadi...?"
"Betul kau telah memakan
bubur kami, bubur manusia."
"Hoekkkkk....!" Baginda
mau muntah tapi tak bisa.
"Sekarang tidurlah,
berdoalah, sebab besok kau akan mati."
"Tunggu...."
"Mau apa lagi?"
"Berapa penghasilanmu sehari
dari menjual bubur itu?"
"Lima puluh dirham!"
"Cuma segitu?"
"lya!"
"Aku bisa memberimu lima
ratus dirham hanya dengan menjual topi."
"Ah, masak?"
"Sekarang berikan aku bahan
kain untuk membuat topi. Besok pagi bole coba menjual topi buatanku itu ke
pasar. Hasilya boleh kau miliki semua !"
Badui itu ragu, ia berbalik
melangkah pergi. Tak lama kemudian kembali lagi dengan bahan-bahan untuk membuat
topi.
Esok paginya Baginda menyerahkan
sebuah topi yang bagus kepada si badui. Baginda berpesan,"Juallah
topi ini kepada menteri Farhan di istana Bagdad."
Badui itu menuruti saran Baginda.
Menteri Farhan terkejut saat
melihat seorang badui datang menemuinya.
"Mau apa kau?" tanya
Farhan.
"Menjual topi ini..."
Farhan melirik, topi itu memang
bagus. la mencoba memeriksanya dan alangkah terkejutnya ketika
melihat hiasan berupa huruf-huruf yang maknanya adalah surat dari Baginda yang
ditujukan kepada dirinya.
"Berapa harga topi
ini?"
"Lima ratus dirham tak boleh
kurang!"
"Baik aku beli !"
Badui itu langsunng pulang dengan
wajah ceria. Sama sekali ia tak tahu jika Farhan telah mengutus seorang
prajurit untuk mengikuti langkahnya. Siangnya prajurit itu datang lagi ke
istana dengan melaporkan lokasi perkampungan si penjual bubur.
Farhan cepat bertidak sesuai
pesan di surat Baginda. Seribu orang tentara bersenjata lengkap dibawa ke
perkampungan. Semua orang badui di kampung itu ditangkapi sementara Baginda
berhasil diselamatkan.
"Untung kau bertindak cepat,
terlambat sedikit saja aku sudah jadi bubur!" kata Baginda kepada Farhan.
"Semua ini gara-gara Abu
Nawas!" kata Farhan.
"Benar! Tapi juga salahmu!
Kau tak pernah memeriksa perkampungan ini bahwa penghuninya adalah orang-orang
kanibal!"
"Bagaimanapun Abu Nawas
harus dihukum!"
"Ya, itu pasti!"
"Hukuman mati!" sahut
Farhan.
"Hukuman mati? Ya, kita coba
apakah dia bisa meloloskan diri?" sahut Baginda.
Komentar
Posting Komentar