Kisah Abu Nawas | Strategi Maling
22.
Strategi Maling
Tanpa pikir panjang Abu Nawas
memutuskan untuk menjual keledai kesayangannya. Keledai itu
merupakan kendaraan Abu Nawas satu-satunya. Sebenarnya ia tidak tega untuk
menjualnya. Tetapi keluarga Abu Nawas amat membutuhkan uang. Dan istrinya
setuju.
Ketika Abu Nawas beristirahat di
bawah pohon, salah seorang mendekat dan berkata,
"Apakah engkau akan menjual
kambingmu?"
Tentu saja Abu Nawas terperanjat
mendengar pertanyaan yang begitu tibatiba.
"Ini bukan kambing."
kata Abu Nawas.
"Kalau bukan kambing, lalu
apa?" tanya pencuri itu selanjutnya.
"Keledai." kata Abu
Nawas.
"Kalau engkau yakin itu
keledai, jual saja ke pasar dan dan tanyakan pada mereka." kata komplotan
pencuri itu sambil berlalu. Abu Nawas tidak terpengaruh. Kemudian ia
meneruskan perjalanannya.
Ketika Abu Nawas sedang
menunggang keledai, pencuri kedua menghampirinya dan berkata."Mengapa kau
menunggang kambing."
"Ini bukan kambing tapi
keledai."
"Kalau itu keledai aku tidak
bertanya seperti itu, dasar orang aneh. Kambing kok dikatakan keledai."
"Kalau ini kambing' aku
tidak akan menungganginya." jawab Abu Nawas tanpa ragu.
"Kalau engkau tidak percaya,
pergilah ke pasar dan tanyakan pada orang-orang di sana." kata pencuri kedua
sambil berlalu.
Abu Nawas belum terpengaruh dan
ia tetap berjalan menuju pasar.
Pencuri ketiga datang menghampiri
Abu Nawas,"Hai Abu Nawas akan kau bawa ke mana kambing itu?"
Kali ini Abu Nawas tidak segera
menjawab.la mulai ragu, sudah tiga orang mengatakan kalau hewan yang
dibawanya adalah kambing.
Pencuri ketiga tidak
menyia-nyiakan kesempatan. la makin merecoki otak Abu Nawas, "Sudahlah, biarpun
kau bersikeras hewan itu adalah keledai nyatanya itu adalah kambing, kambing
....... kambiiiiiing !"
Abu Nawas berhenti sejenak untuk
beristirahat di bawah pohon. Pencuri keempat melaksanakan strategi
busuknya. la duduk di samping Abu Nawas dan mengajak tokoh cerdik ini untuk
berbincang-bincang.
"Ahaa, bagus sekali
kambingmu ini...!" pencuri keempat membuka percakapan.
"Kau juga yakin ini
kambing?" tanya Abu Nawas.
"Lho? ya jelas sekali kalau
hewan ini adalah kambing. Kalau boleh aku ingin membelinya."
"Berapa kau mau
membayarnya?"
"Tiga dirham!"
Abu Nawas setuju. Setelah
menerima uang dari pencuri keempat kemudian Abu Nawas langsung pulang. Setiba di rumah
Abu Nawas dimarahi istrinya.
"Jadi keledai itu hanya
engkau jual tiga dirham lantaran mereka mengatakan bahwa keledai itu kambing?"
Abu Nawas tidak bisa menjawab. la hanya mendengarkan ocehan istrinya
dengan setia sambil menahan rasa dongkol. Kini ia baru menyadari kalau sudah
diperdayai oleh komplotan pencuri yang menggoyahkan akal sehatnya.
Abu Nawas merencanakan sesuatu.
la pergi ke hutan mencari sebatang kayu untuk dijadikan sebuah tongkat
yang nantinya bisa menghasilkan uang. Rencana Abu Nawas ternyata
berjalan lancar. Hampir semua orang
membicarakan keajaiban tongkat
Abu Nawas. Berita ini juga terdengar oleh para pencuri yang telah menipu
Abu Nawas. Mereka langsung tertarik. Bahkan mereka melihat sendiri ketika Abu
Nawas membeli barang atau makan tanpa membayar tetapi hanya dengan
mengacungkan tongkatnya. Mereka berpikir
kalau tongkat itu bisa dibeli
maka tentu mereka akan kaya karena hanya dengan mengacungkan tongkat itu
mereka akan mendapatkan apa yang mereka inginkan.
Akhirnya mereka mendekati Abu
Nawas dan berkata, "Apakah tongkatmu akan dijual?"
"Tidak." jawab Abu
Nawas dengan cuek.
"Tetapi kami bersedia
membeli dengan harga yang amat tinggi." kata mereka.
"Berapa?" kata Abu
Nawas pura-pura merasa tertarik.
"Seratus dinar uang
emas." kata mereka tanpa ragu-ragu.
"Tetapi tongkat ini adalah
tongkat wasiat satu-satunya yang aku miliki." kata
Abu Nawas sambil tetap
berpura-pura tidak ingin menjual tongkatnya.
"Dengan uang seratus dinar
engkau sudah bisa hidup enak." Kata mereka makin penasaran.
Abu Nawas diam beberapa saat
sepertinya merasa keberatan sekali.
"Baiklah kalau begitu."
kata Abu Nawas kemudian sambil menyerahkan tongkatnya.
Setelah menerima seratus dinar
uang emas Abu Nawas segera melesat pulang. Para pencuri itu segera mencari
warung terdekat untuk membuktikan keajaiban tongkat yang baru mereka beli.
Seusai makan mereka mengacungkan tongkat itu kepada pemilik kedai. Tentu
saja pemilik kedai marah.
"Apa maksudmu mengacungkan
tongkat itu padaku?" "Bukankah Abu Nawas juga mengacungkan tongkat ini dan
engkau membebaskannya?" tanya para pencuri itu.
"Benar. Tetapi engkau harus
tahu bahwa Abu Nawas menitipkan sejumlah uang kepadaku sebelum makan di
sini!"
"Gila! Temyata kita tidak
mendapat keuntungan sama sekali menipu Abu Nawas. Kita malah rugi
besar!" umpat para pencuri dengan rasa dongkol.
Komentar
Posting Komentar