Kisah Abu Nawas | Peringatan Aneh
19. Peringatan
Aneh
Suatu hari Abu Nawas dipanggil
Baginda.
"Abu Nawas." kata
Baginda Raja Harun Al Rasyid memulai pembicaraan.
"Daulat Paduka yang
mulia." kata Abu Nawas penuh takzim.
"Aku harus berterus terang
kepadamu bahwa kali ini engkau kupanggil bukan untuk kupermainkan atau
kuperangkap. Tetapi aku benar-benar memerlukan bantuanmu." kata Baginda
bersungguh-sungguh.
"Gerangan apakah yang bisa
hamba lakukan untuk Paduka yang mulia?" tanya Abu Nawas.
"Ketahuilah bahwa beberapa
hari yang lalu aku mendapat kunjungan kenegaraan dari negeri sahabat.
Kebetulan rajanya beragama Yahudi. Raja itu adalah sahabat karibku. Begitu
dia berjumpa denganku dia langsung mengucapkan salam secara Islam,
yaitu Assalamualaikum (kesejahteraan buat kalian semua) Aku tak menduga
sama sekali. Tanpa pikir panjang aku menjawab sesuai dengan yang
diajarkan oleh agama kita, yaitu kalau mendapat salam dari orang yang tidak
beragama Islam hendaklah engkau jawab dengan
Wassamualaikum (Kecelakaan bagi
kamu) Tentu saja dia merasa tersinggung. Dia menanyakan mengapa aku tega
membalas salamnya yang penuh doa keselamatan dengan jawaban yang
mengandung kecelakaan. Saat itu sungguh aku tak bisa berkata apa-apa
selain diam. Pertemuanku dengan dia selanjutnya tidak berjalan dengan semestinya.
Aku berusaha menjelaskan bahwa aku hanya melaksanakan apa yang dianjurkan
oleh ajaran agama Islam. Tetapi dia tidak bisa menerima penjelasanku. Aku
merasakan bahwa pandangannya terhadap agama Islam tidak semakin baik,
tetapi sebaliknya. Dan sebelum kami berpisah dia berkata: Rupanya hubungan
antara. kita mulai sekarang tidak semakin baik, tetapi sebaliknya. Namun bila
engkau mempunyai alasan lain yang bisa aku terima, kita akan tetap
bersahabat." kata Baginda menjelaskan dengan wajah yang amat murung.
"Kalau hanya itu
persoalannya, mungkin, hamba bisa memberikan alasan yang dikehendaki raja sahabat Paduka
itu yang mulia." kata Abu Nawas meyakinkan Baginda.
Mendengar kesanggupan Abu Nawas,
Baginda amat riang. Beliau berulang-ulang menepuk pundak Abu Nawas. Wajah Baginda
yang semula gundah gulana seketika itu berubah cerah
secerah matahari di pagi hari.
"Cepat katakan, wahai Abu
Nawas. Jangan biarkan aku menunggu." kata Baginda tak sabar.
"Baginda yang mulia, memang
sepantasnyalah kalau raja Yahudi itu menghaturkan ucapan salam
keselamatan dan kesejahteraan kepada Baginda. Karena ajaran Islam memang menuju
keselamatan (dari siksa api neraka) dan kesejahteraan (surga) Sedangkan
Raja Yahudi itu tahu Baginda adalah orang Islam. Bukankah Islam mengajarkan
tauhid (yaitu tidak menyekutukan Allah dengan yang lain, juga tidak
menganggap Allah mempunyai anak. Ajaran tauhid ini tidak dimiliki oleh
agama-agama lain termasuk agama yang dianut Raja
Yahudi sahabat Paduka yang mulia.
Ajaran agama Yahudi menganggap Uzair adalah anak Allah seperti orang
Nasrani beranggapan Isa anak Allah. Maha Suci Allah dari segala sangkaan
mereka.Tidak pantas Allah mempunyai anak. Sedangkan orang Islam membalas
salam dengan ucapan Wassamualaikum (kecelakaan bagi kamu) bukan
berarti kami mendoakan kamu agar celaka. Tetapi semata-mata karena
ketulusan dan kejujuran ajaran Islam yang masih bersedia memperingatkan orang
lain atas kecelakaan yang akan menimpa mereka bila mereka tetap
berpegang teguh pada keyakinan yang keliru itu, yaitu tuduhan mereka bahwa Allah
Yang Maha Pengasih mempunyai anak." Abu Nawas menjelaskan.
Seketika itu kegundahan Baginda
Raja Harun Al Rasyid sirna. Kali ini saking gembiranya Baginda menawarkan Abu
Nawas agar memilih sendiri hadiah apa yang disukai. Abu Nawas tidak
memilih apa-apa karena ia berkeyakinan bahwa tak selayaknya ia menerima upah
dari ilmu agama yang ia sampaikan.
Komentar
Posting Komentar