Kisah Abu Nawas | Ketenangan Hati
17. Ketenangan
Hati
Sudah lama Abu nawas tidak
dipanggil ke istana untuk menghadap Baginda. Abu nawas juga sudah lama tidak
muncul di kedai teh. Kawan-kawan Abu nawas banyak yang merasa kurang
bergairah tanpa kehadiran Abu nawas. Tentu saja keadaan kedai tak semarak karena
Abu nawas si pemicu tawa tidak ada.
Suatu hari ada seorang laki-laki
setengah baya ke kedai teh menanyakan Abu nawas. la mengeluh bahwa ia tidak
menemukan jalan keluar dari masalah pelik yang dihadapi.
Salah seorang teman Abu nawas
ingin mencoba menolong.
"Cobalah utarakan
kesulitanmu kepadaku barang-kali aku bisa membantu." kata kawan Abu nawas.
"Baiklah. Aku mempunyai rumah
yang amat sempit. Sedangkan aku tinggal bersama istri dan kedelapan
anak-anakku. Rumah itu kami rasakan terlalu sempit sehingga kami tidak merasa
bahagia." kata orang itu membeberkan kesulitannya.
Kawan Abu nawas tidak mampu
memberikan jalan keluar, juga yang lainnya. Sehingga mereka menyarankan agar
orang itu pergi menemui Abu nawas di rumahnya saja.
Orang itu pun pergi ke rumah
Abu nawas. Dan kebetulan Abu Nawas sedang mengaji. Setelah mengutarakan
kesulitan yang sedang dialami, Abu nawas bertanya kepada orang itu.
"Punyakah engkau seekor
domba?"
"Tidak tetapi aku mampu
membelinya." jawab orang itu.
"Kalau begitu belilah seekor
dan tempatkan domba itu di dalam rumahmu." Abu nawas menyarankan.
Orang itu tidak membantah. la
langsung membeli seekor domba seperti yang disarankan Abu nawas.
Beberapa hari kemudian orang itu
datang lagi menemui Abu Nawas.
"Wahai Abunawas, aku telah
melaksanakan saranmu, tetapi rumahku bertambah sesak. Aku dan
keluargaku merasa segala sesuatu menjadi lebih buruk dibandingkan sebelum
tinggal bersama domba." kata orang itu mengeluh.
"Kalau begitu belilah lagi
beberapa ekor unggas dan tempatkan juga mereka di dalam rumahmu:" kata
Abu nawas.
Orang itu tidak membantah. la
langsung membeli beberapa ekor unggas yang kemudian dimasukkan ke dalam
rumahnya. Beberapa hari kemudian orang itu datang lagi ke rumah Abu Nawas.
"Wahai Abu Nawas,aku telah
melaksanakan saran-saranmu dengan menambah penghuni rumahku dengan beberapa
ekor unggas. Namun begitu aku dan keluargaku semakin tidak betah
tinggal di rumah yang makin banyak penghuninya. Kami bertambah
merasa tersiksa." kata orang itu dengan wajah yang semakin muram.
"Kalau begitu belilah seekor
anak unta dan peliharalah di dalam rumahmu."kata Abu Nawas menyarankan
Orang itu tidak membantah. la
langsung ke pasar hewan membeli seekor anak unta untuk dipelihara di dalam
rumahnya.
Beberapa hari kemudian orang itu
datang lagi menemui Abu Nawas. la berkata,
"Wahai Abu Nawas, tahukah
engkau bahwa keadaan di dalam rumahku sekarang hampir seperti neraka. Semuanya
berubah menjadi lebih mengerikan dari pada hari-hari sebelumnya. Wahai Abu
Nawas, kami sudah tidak tahan tinggal serumah dengan binatang-binatang
itu." kata orang itu putus asa.
"Baiklah, kalau kalian sudah
merasa tidak tahan maka juallah anak unta itu." kata Abu Nawas.
Orang itu tidak membantah. la
langsung menjual anak unta yang baru dibelinya.
Beberapa hari kemudian Abu Nawas
pergi ke rumah orang itu
"Bagaimana keadaan kalian
sekarang?" Abu Nawas bertanya.
"Keadaannya sekarang lebih
baik karena anak unta itu sudah tidak lagi tinggal disini." kata orang itu
tersenyum. "Baiklah, kalau begitu sekarang juallah unggas-unggasmu." kata Abu
Nawas.
Orang itu tidak membantah. la
langsung menjual unggas-unggasnya.
Beberapa hari kemudian Abu Nawas
mengunjungi orang itu.
"Bagaimana keadaan rumah
kalian sekarang ?" Abu Nawas bertanya.
"Keadaan sekarang lebih
menyenangkan karena unggas-unggas itu sudah tidak tinggal bersama kami." kata
orang itu dengan wajah ceria.
"Baiklah kalau begitu
sekarang juallah domba itu." kata Abu Nawas.
Orang itu tidak membantah. Dengan
senang hati ia langsung menjual dombanya.
Beberapa hari kemudian Abu Nawas
bertamu ke rumah orang itu. la bertanya,
"Bagaimana keadaan rumah
kalian sekarang ?" "Kami merasakan rumah kami bertambah luas karena
binatang-binatang itu sudah tidak lagi tinggal bersama kami. Dan kami sekarang merasa
lebih berbahagia daripada dulu. Kami mengucapkan terima kasih yang tak
terhingga kepadamu hai Abu Nawas." kata orang itu dengan wajah
berseri-seri.
"Sebenarnya batas sempit dan
luas itu tertancap dalam pikiranmu. Kalau engkau selalu bersyukur atas
nikmat dari Tuhan maka Tuhan akan mencabut kesempitan dalam hati dan
pikiranmu." kata Abu Nawas menjelaskan.
Dan sebelum Abu Nawas pulang, ia
bertanya kepada orang itu,
"Apakah engkau sering berdoa
?"
"Ya." jawab orang itu.
"Ketahuilah bahwa doa
seorang hamba tidak mesti diterima oleh Allah karena manakala Allah membuka pintu
pemahaman kepada engkau ketika Dia tidak memberi engkau, maka ketiadaan
pemberian itu merupakan pemberian yang sebenarnya."
Komentar
Posting Komentar