Kisah Abu Nawas | Manusia Bertelur
18. Manusia
Bertelur
Sudah bertahun-tahun Baginda Raja
Harun Al Rasyid ingin mengalahkan Abu Nawas. Namun perangkap-perangkap
yang selama ini dibuat semua bisa diatasi dengan cara-cara yang cemerlang
oleh Abu Nawas. Baginda Raja tidak putus asa. Masih ada puluhan jaring
muslihat untuk menjerat Abu Nawas.
Baginda Raja beserta para menteri
sering mengunjungi tempat pemandian air hangat yang hanya dikunjungi para
pangeran, bangsawan dan orang-orang terkenal. Suatu sore yang cerah ketika
Baginda Raja beserta para menterinya berendam di kolam, beliau berkata
kepada para menteri,
"Aku punya akal untuk
menjebak Abu Nawas."
"Apakah itu wahai Paduka
yang mulia ?" tanya salah seorang menteri.
"Kalian tak usah tahu dulu.
Aku hanya menghendaki kalian datang lebih dini besok sore. Jangan lupa datanglah
besok sebelum Abu Nawas datang karena aku akan mengundangnya untuk
mandi bersama-sama kita." kata Baginda Raja memberi pengarahan. Baginda Raja
memang sengaja tidak menyebutkan tipuan apa yang akan digelar besok.
Abu Nawas diundang untuk mandi
bersama Baginda Raja dan para menteri di pemandian air hangat yang terkenal
itu. Seperti yang telah direncanakan, Baginda Raja dan para meriteri
sudah datang lebih dahulu. Baginda membawa sembilan belas butir telur ayam.
Delapan belas butir dibagikan kepada para menterinya. Satu butir untuk
dirinya sendiri. Kemudian Baginda memberi pengarahan singkat tentang apa yang telah
direncanakan untuk menjebak Abu Nawas.
Ketika Abu Nawas datang, Baginda
Raja beserta para menteri sudah berendam di kolam. Abu Nawas melepas
pakaian dan langsung ikut berendam. Abu Nawas harap-harap cemas. Kira-kira
permainan apa lagi yang akan dihadapi. Mungkin permainan kali ini lebih berat
karena Baginda Raja tidak memberi tenggang waktu untuk berpikir.
Tiba-tiba Baginda Raja
membuyarkan lamunan Abu Nawas. Beliau berkata, "Hai Abu Nawas, aku mengundangmu mandi
bersama karena ingin mengajak engkau ikut dalam permainan kami"
"Permainan apakah itu Paduka
yang mulia ?" tanya Abu Nawas belum mengerti.
"Kita sekali-kali melakukan
sesuatu yang secara alami hanya bisa dilakukan oleh binatang. Sebagai manusia kita
mesti bisa dengan cara kita masing-masing." kata Baginda sambil tersenyum.
"Hamba belum mengerti
Baginda yang mulia." kata Abu Nawas agak ketakutan.
"Masing-masing dari kita
harus bisa bertelur seperti ayam dan barang siapa yang tidak bisa bertelur maka ia harus
dihukum!" kata Baginda.
Abu Nawas tidak berkata
apa-apa.Wajahnya nampak murung. la semakin yakin dirinya tak akan bisa lolos dari
lubang jebakan Baginda dengan mudah.
Melihat wajah Abu Nawas murung,
wajah Baginda Raja semakin berseri-seri.
"Nan sekarang apalagi yang
kita tunggu. Kita menyelam lalu naik ke atas sambil menunjukkan telur kita
masing-masing." perintah Baginda Raja.
Baginda Raja dan para menteri
mulai menyelam, kemudian naik ke atas satu persatu derigan menanting sebutir
telur ayam. Abu Nawas masih di dalam kolam. ia tentu saja tidak sempat
mempersiapkan telur karena ia memang
tidak tahu kalau ia diharuskan
bertelur seperti ayam. Kini Abu Nawas tahu kalau Baginda Raja dan para
menteri telah mempersiapkan telur masing-masing satu butir. Karena belum ada
seorang manusia pun yang bisa bertelur dan tidak akan pernah ada yang bisa.
Karena dadanya mulai terasa
sesak. Abu Nawas cepat-cepat muncul ke permukaan kemudian naik ke atas.
Baginda Raja langsung mendekati Abu Nawas.
Abu Nawas nampak tenang, bahkan
ia berlakau aneh, tiba-tiba saja ia mengeluarkan suara seperti ayam
jantan berkokok, keras sekali sehingga Baginda dan para menterinya
merasa heran.
"Ampun Tuanku yang mulia.
Hamba tidak bisa bertelur seperti Baginda dan para menteri." kata Abu Nawas
sambil membungkuk hormat.
"Kalau begitu engkau harus
dihukum." kata Baginda bangga.
"Tunggu dulu wahai Tuanku
yang mulia." kata Abu Nawas memohon.
"Apalagi hai Abu
Nawas." kata Baginda tidak sabar.
"Paduka yang mulia,
sebelumnya ijinkan hamba membela diri. Sebenarnya kalau hamba mau bertelur, hamba
tentu mampu. Tetapi hamba merasa menjadi ayam jantan maka hamba
tidak bertelur. Hanya ayam betina saja yang bisa bertelur. Kuk kuru
yuuuuuk...!" kata Abu Nawas dengan membusungkan
dada.
Baginda Raja tidak bisa berkata
apa-apa. Wajah Baginda dan para menteri yang semula cerah penuh kemenangan
kini mendadak berubah menjadi merah padam karena malu. Sebab mereka
dianggap ayam betina.
Abu Nawas memang licin, malah
kini lebih licin dari pada belut. Karena merasa malu, Baginda Raja Harun Al
Rasyid dan para menteri segera berpakaian dan kembali ke istana tanpa
mengucapkan sapatah kata pun.
Memang Abu Nawas yang tampaknya
blo'on itu sebenarnya diakui oleh para ilmuwan sebagai ahli mantiq atau
ilmu logika. Gampang saja baginya untuk membolak-balikkan dan
mempermainkan kata-kata guna menjatuhkan mental lawan-lawannya.
Komentar
Posting Komentar