Kisah Abu Nawas | Cara Memilih Jalan
21.
Cara Memilih Jalan
Kawan-kawan Abu Nawas
merencanakan akan mengadakan perjalanan wisata ke hutan. Tetapi tanpa
keikutsertaan Abu Nawas perjalanan akan terasa memenatkan dan membosankan.
Sehingga mereka beramai-ramai pergi ke rumah Abu Nawas untuk mengajaknya
ikut serta. Abu Nawas tidak keberatan.
Mereka berangkat dengan
mengendarai keledai masing-masing sambil bercengkrama.
Tak terasa mereka telah menempuh
hampir separo perjalanan. Kini mereka tiba di pertigaan jalan yang jauh
dari perumahan penduduk. Mereka berhenti karena mereka ragu-ragu. Setahu
mereka kedua jalan itu memang menuju ke hutan tetapi hutan yang mereka
tuju adalah hutan wisata. Bukan hutan yang dihuni binatang-binatang buas
yang justru akan membahayakan jiwa mereka.
Abu Nawas hanya bisa menyarankan
untuk tidak meneruskan perjalanan karena bila salah pilih maka mereka
semua tak akan pernah bisa kembali. Bukankah lebih bijaksana bila kita
meninggalkan sesuatu yang meragukan? Tetapi salah seorang dari mereka tiba-tiba
berkata,
"Aku mempunyai dua orang
sahabat yang tinggal dekat semak-semak sebelah sana. Mereka adalah saudara
kembar. Tak ada seorang pun yang bisa membedakan keduanya karena rupa
mereka begitu mirip. Yang satu selalu berkata jujur sedangkan yang
lainnya selalu berkata bohong. Dan mereka adalah orang-orang aneh karena
mereka hanya mau menjawab satu pertanyaan saja."
"Apakah engkau mengenali
salah satu dari mereka yang selalu berkata benar?" tanya Abu Nawas.
"Tidak." jawab kawan
Abu Nawas singkat.
"Baiklah kalau begitu kita
beristirahat sejenak." usul Abu Nawas.
Abu Nawas makan daging dengan
madu bersama kawan-kawannya.
Seusai makan mereka berangkat
menuju ke rumah yang dihuni dua orang kembar bersaudara. Setelah pintu
dibuka, maka keluarlah salah seorang dari dua orang kembar bersaudara itu.
"Maaf, aku sangat sibuk hari
ini. Engkau hanya boleh mengajukan satu pertanyaan saja. Tidak boleh
lebih." katanya. Kemudian Abu Nawas menghampiri orang itu dan
berbisik. Orang itu pun juga menjawab dengan cara berbisik pula kepada Abu Nawas.
Abu Nawas mengucapkan terima kasih dan segera mohon diri.
"Hutan yang kita tuju
melewati jalan sebelah kanan." kata Abu Nawas mantap kepada kawan-kawannya.
"Bagaimana kau bisa
memutuskan harus menempuh jalan sebelah kanan? Sedangkan kita tidak tahu apakah
orang yang kita tanya itu orang yang selalu berkata benar atau yang selalu
berkata bohong?" tanya salah seorang dari mereka.
"Karena orang yang kutanya
menunjukkan jalan yang sebelah kiri." kata Abu Nawas.
Karena masih belum mengerti juga,
maka Abu Nawas menjelaskan. "Tadi aku bertanya: Apa yang akan dikatakan
saudaramu bila aku bertanya jalan yang mana yang menuju hutan yang
indah?" Bila jalan yang benar itu sebelah kanan dan bila orang itu kebetulan yang
selalu berkata benar maka ia akan
menjawab: Jalan sebelah kiri,
karena ia tahu saudara Kembarnya akan mengatakan jalan sebelah kiri
sebab saudara kembarnya selalu berbohong. Bila orang itu kebetulan yang selalu
berkata bohong, maka ia akan menjawab: jalan sebelah kiri, karena ia tahu
saudara kembarnya akan mengatakan jalan sebelah kiri sebab saudara kembarnya
selalu berkata benar.
Komentar
Posting Komentar