Kisah Abu Nawas | Tipu Dibalas Tipu
24.
Tipu Dibalas Tipu
Ada seorang Yogis (Ahli Yoga)
mengajak seorang Pendeta bersekongkol akan memperdaya Iman Abu Nawas.
Setelah mereka mencapai kata sepakat, mereka berangkat menemui Abu Nawas di
kediamannya.
Ketika mereka datang Abu Nawas
sedang melakukan salat Dhuha. Setelah dipersilahkan masuk oleh istri
Abu Nawas mereka masuk dan menunggu sambil berbincang-bincang santai.
Seusai salat Abu Nawas menyambut
mereka. Abu Nawas dan para tamunya bercakap-cakap sejenak.
"Kami sebenarnya ingin
mengajak engkau melakukan pengembaraan suci. Kalau engkau tidak keberatan
bergabunglah bersama kami." kata Ahli Yoga.
"Dengan senang hati. Lalu
kapan rencananya?" tanya Abu Nawas polos.
"Besok pagi." kata
Pendeta.
"Baiklah kalau begitu kita
bertemu di warung teh besok." kata Abu Nawas menyanggupi.
Hari berikutnya mereka berangkat
bersama. Abu Nawas mengenakan jubah seorang Sufi. Ahli Yoga dan
Pendeta memakai seragam keagamaan mereka masing-masing. Di tengah jalan
mereka mulai diserang rasa lapar karena mereka memang sengaja tidak
membawa bekal.
"Hai Abu Nawas, bagaimana
kalau engkau saja yang mengumpulkan derma guna membeli makanan untuk kita
bertiga. Karena kami akan mengadakan kebaktian." kata Pendeta.
Tanpa banyak bicara Abu Nawas berangkat mencari dan mengumpulkan derma dari dusun
satu ke dusun lain. Setelah derma terkumpul, Abu Nawas membeli
makanan yang cukup untuk tiga orang. Abu Nawas kembali ke Pendeta dan Ahli
Yoga dengan membawa makanan. Karena sudah tak sanggup menahan rasa
lapar Abu Nawas berkata,
"Mari segera kita bagi
makanan ini sekarang juga." "Jangan sekarang. Kami sedang berpuasa." kata Ahli
Yoga.
"Tetapi aku hanya
menginginkan bagianku saja sedangkan bagian kalian terserah pada kalian." kata
Abu Nawas menawarkan jalan keluar.
"Aku tidak setuju. Kita
harus seiring seirama dalam berbuat apa pun:" kata Pendeta.
"Betul aku pun tidak setuju
karena waktu makanku besok pagi.
Besok pagi aku baru akan
berbuka." kata Ahli Yoga.
"Bukankah aku yang engkau
jadikan alat pencari derma Dan derma itu sekarang telah kutukar dengan makanan ini.
Sekarang kalian tidak mengijinkan aku mengambil bagian sendiri. Itu
tidak masuk akal." kata Abu Nawas mulai merasa jengkel. Namun begitu Pendeta dan
Ahli Yoga tetap bersikeras tidak mengijinkan Abu Nawas mengambil
bagian yang menjadi haknya.
Abu Nawas penasaran. la mencoba
sekali lagi meyakinkan kawan-kawannya agar mengijinkan ia memakan
bagianya. Tetapi mereka tetap saja menolak.
Abu Nawas benar-benar merasa
jengkel dan marah. Namun Abu Nawas tidak memperlihatkan sedikit pun
kejengkelan dan kemarahannya.
"Bagaimana kalau kita
mengadakan perjanjian." kata Pendeta kepada Abu Nawas.
"Perjanjian apa?" tanya
Abu Nawas.
"Kita adakan lomba.
Barangsiapa di antara kita bermimpi paling indah maka ia akan mendapat bagian yang
terbanyak yang kedua lebih sedikit dan yang terburuk akan mendapat paling
sedikit." Pendeta itu menjelaskan.
Abu Nawas setuju. la tidak
memberi komentar apa-apa.
malam semakin larut. Embun mulai
turun ke bumi. Pendeta dan Ahli Yoga mengantuk dan tidur. Abu Nawas
tidak bisa tidur. la hanya berpura-pura tidur. Setelah merasa yakin
kawan-kawannya sudah terlelap Abu Nawas menghampiri makanan itu. Tanpa berpikir dua
kali Abu Nawas memakan habis makanan itu
hinggatidak tersisa sedikit pun.
Setelah merasa kekenyangan Abu Nawas baru bisa tidur.
Keesokan hari mereka bangun
hampir bersamaan. Ahli Yoga dengan wajah berseri-seri bercerita,
"Tadi malam aku bermimpi
memasuki sebuah taman yang mirip sekali dengan Nirvana. Aku merasakan kenikmatan
yang belum pernah kurasakan sebelumnya dalam hidup ini."
Pendeta mengatakan bahwa mimpi
Ahli Yoga benar-benar menakjubkan. Betul-betul
luar biasa. Kemudian giliran
Pendeta menceritakan mimpinya.
"Aku seolah-olah menembus
ruang dan waktu. Dan temyata memang benar. Aku secara tidak sengaja berhasil
menyusup ke masa silam dimana pendiri agamaku hidup. Aku bertemu dengan beliau
dan yang lebih membahagiakan adalah aku diberkatinya."
Ahli Yoga juga memuji-muji
kehebatan mimpi Pendeta, Abu Nawas hanya diam. la bahkan tidak merasa tertarik
sedikitpun.
Karena Abu Nawas belum juga buka
mulut, Pendeta dai Ahli Yoga mulai tidak sabar untuk tidak menanyakan
mimpi Abu Nawas.
"Kalian tentu tahu Nabi Daud
alaihissalam. Beliau adalah seorang nabi yang ahli berpuasa. Tadi malam aku bermimpi
berbincang-bincang dengan beliau. Beliau menanyakan apakah aku berpuasa
atau tidak. Aku katakan aku berpuasa karena aku memang tidak makan sejak dini
hari. Kemudian beliau menyuruhku segera
berbuka karena hari sudah malam.
Tentu saja aku tidak berani mengabaikan perintah beliau. Aku segera
bangun dari tidur dan langsung menghabiskan makanan itu." kata Abu Nawas
tanpa perasaa bersalah secuil pun.
Sambil menahan rasa lapar yang
menyayat-nyayat Pendeta dan Ahli Yoga saling berpandangan satu sama lain.
Kejengkelan Abu Nawas terobati.
Kini mereka sadar bahwa tidak ada
gunanya coba-coba mempermainkan Abu Nawas, pasti hanya akan mendapat
celaka sendiri.
Komentar
Posting Komentar